SINDROMA BRUGADA

Saya akan bercerita sedikit pengalaman saya di rumah sakit. Akhir-akhir ini saya menemui kasus dengan sindroma brugada. Sindrom Brugada adalah suatu aritmia jantung yang tidak berhubungan dengan adanya kelainan struktural yang diturunkan secara autosomal dominan. Sindrom ini dapat menyebabkan kematian mendadak. Lebih bahayanya lagi, sindrom ini tidak menimbulkan manifestasi yang khas, sehingga dianggap menjadi hal yang umum oleh penderitanya.

Salah satu pasien yang saya temui masih sangat muda, berusia 20 tahun, seorang wanita, sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi. Pada suatu saat dia merasakan pandangan matanya gelap dan menjadi kabur, dia merasa akan pingsan. Selang beberapa detik dia di antar oleh temannya ke IGD. di IGD dilakukan perekaman jantung dan didapatkan hasil RBBB. Pasien ini di arahkan ke poli untuk konsultasi dengan Sp.JP.

Pada saat pasien datang ke poli jantung, dokter meminta saya untuk melakukan perekaman EKG ulang. Setelah dilakukan perekaman ulang, ternyata hasilnya belum terlihat jelas. Dokter pun meminta untuk memindahkan lead prekordial lebih superior 1 sela iga supaya didapatkan gambar yang lebih jelas. Setelah dilakukan perekaman jantung, ternyata di peroleh data terdapat QRS yang lebar-lebar dan ST elevasi di lead V1, V2. Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan echocardiografi untuk menilai bagaimana struktur jantung pasien. Setelah di lakukan pemeriksaan tersebut, ternyata didapatkan hasil yang normal. Untuk memastikan lebih lanjut pasien diminta melakukan pemeriksaan holter monitoring. Karena di rumah sakit saya belum tersedia, terpaksa pasien ini harus dirujuk.

Orang yang berusia muda dengan keadaan anatomi jantung yang normal, dapat juga meninggal secara mendadak. Hal ini berhubungan dengan adanya aritmia jantung. Jadi, jangan dianggap remeh ya!

daftar pustaka:
Faisal, E. (2014). Diagnosis Sindrom Brugada, Jurnal Kardiologi Indonesia ,35, 96-101


Comments

Popular posts from this blog